Rabu, 29 Februari 2012

ilmu itu cahaya


~ILMU itu ibarat annur,ia tidak akan masuk pada perkara2 yg maksiat~


Kali nie ana nak berkongsi tentang satu cerita "betapa pentingnya ILMU" untuk kita tuntut lebih2 lagi dunia akhir zaman nie.Ana teringat pesanan syiekh ana, x dinamakan DUNIA melainkan hanya kesengsaraan,kezaliman,dan fitnah semata2.Jadi betapa pentingnya ILMU itu utk kita menilai mana yg baik dan buruk...kisah ini dr kisah ulama tersohor terdahulu...
Tukang emas lah yang tau harga emas
~Seorang pemuda mendatangi Zun-Nun dan bertanya,
Guru, saya tak mengerti mengapa orang seperti Anda mesti berpakaian apa adanya, amat sangat sederhana. Bukankah di masa seperti ini berpakaian sebaik-baiknya amat perlu, bukan hanya untuk penampilan melainkan juga untuk banyak tujuan lain.”...

Sang sufi hanya tersenyum. Ia lalu melepaskan cincin dari salah satu jarinya, lalu berkata, “Anak muda, akan kujawab pertanyaanmu, tetapi lebih dahulu lakukan satu hal untukku. Ambillah cincin ini dan bawalah ke pasar di seberang sana. Bisakah kamu menjualnya seharga satu keping emas?”
Melihat cincin Zun-Nun yang kotor, pemuda tadi merasa ragu,
“Satu keping emas? Saya tidak yakin cincin ini bisa dijual seharga itu.” “Cubalah dulu, anak muda. Siapa tahu kamu berhasil.”
Pemuda itu pun bergegas ke pasar. Ia menawarkan cincin itu kepada pedagang kain, pedagang sayur, penjual daging dan ikan, serta kepada yang lainnya. Ternyata, tak seorang pun berani membeli seharga satu keping emas. Mereka menawarnya hanya satu keping perak. Tentu saja, pemuda itu tak berani menjualnya dengan harga satu keping perak. Ia kembali ke padepokan Zun-Nun dan melapor, “Guru, tak seorang pun berani menawar lebih dari satu keping perak.” Zun-Nun, sambil tetap tersenyum arif, berkata, “Sekarang pergilah kamu ke kedai emas di belakang jalan ini. Cuba perlihatkan kepada pemilik kedai atau tukang emas di sana. Jangan buka harga, dengarkan saja bagaimana ia memberikan penilaian.”
Pemuda itu pun pergi ke kedai emas yang dimaksud. Ia kembali kepada Zun-Nun dengan raut wajah yang lain. Ia kemudian melapor, “Guru, ternyata para pedagang di pasar tidak tahu nilai sesungguhnya dari cincin ini. Pedagang emas menawarnya dengan harga seribu keping emas.


Rupanya nilai cincin ini seribu kali lebih tinggi daripada yang ditawar oleh para pedagang di pasar.” Zun-Nun tersenyum simpul sambil berujar lirih, “Itulah jawaban atas pertanyaanmu tadi anak muda. Seseorang tak dapat dinilai dari pakaiannya. Hanya “para pedagang sayur, ikan dan daging di pasar” yang menilai demikian. Namun tidak bagi “pedagang emas”. “Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya dapat dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat ke kedalaman jiwa. Diperlukan kearifan untuk menjenguknya. wahai anak mudaku. Kita tak bisa menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengar dan lihat sekilas. Seringkali yang disangka emas ternyata loyang dan yang kita lihat sebagai loyang ternyata emas.” ~Imam Zunnun al-Misri~ >>>


~semoga dengan kisah ini memberi motivasi kepada kita, mengenal intan dan manikam , untuk mengetahui orang berilmu, harus didekati ilmu, baru kita mampu mengenal dengan sebenar kenal, untuk mencari ilmu itu lagi harus tahu jalan yang displin Islam letakkan antaranya khabar saddiq.Sesungguhnya ilmu Allah yang haqiqat itu bersanad , kenal lah jalan-jalan sanad, maka akan kau ketahui mana yang benar, yang mana yang bathil...~Ahli Sunnaj Wal Jamaah~